Dari dimensi sosial, ilmu komunikasi bertujuan untuk bisa mensosialisasikan ide-ide, melakukan pengawasan, menjadi hiburan positif, memperkokoh norma-norma sosial, dan sebagainya. Dari dimensi budaya, ilmu komunikasi diharapkan mampu mengikis konflik antar budaya serta memperkenalkan nilai-nilai budaya masyarakat kepada masyarakat lain.
Buku ini berisi tentang hal-hal unik yang terjadi pada masyarakat dari budaya yang berbeda ketika mereka saling berbagi pikiran, perasaan, dan informasi. Adanya interaksi antarbudaya yang terjadi setiap hari pada sejumlah orang menjadi latar belakang hadirnya buku ini. Sekarang ini, perhatian dunia terhadap komunikasi lintas budaya berkembang berdasarkan dua premis yang saling berhubungan Teori adaptasi budaya berpendapat bahwa setiap individu akan melewati beberapa tahapan adaptasi budaya atau asimilasi yaitu enkulturasi, dekulturasi, dan akulturasi (Baca juga : Akulturasi Komunikasi Antar Budaya ). Teori ini dikritik oleh beberapa peneliti lain karena dipandang tidak efektif dalam menjelaskan proses adaptasi budaya yang begitud. Menurut Murphy dan Hildebrandt, budaya diartikan sebagai tipikal karakteristik perilaku dalam suatu kelompok. Pengertian tersebut juga mengindikasikan bahwa komunikasi verbal dan nonverbal dalam suatu kelompok juga merupakan tipikal dari kelompok tersebut dan cenderung unik atau berbeda dengan yang lainnya. e.& Rogovsky (1998:159). Dimensi budaya Hofstede (1980) juga paling popular dalam studi pengaruh budaya nasional di bidang manajemen, penelitian ini menggunakan dimensi budaya nasional dari Hofstede (1993) yang telah diakui secara luas sebagai cultural framework yang penting dalam menjelaskan perbedaan budaya antar bangsa tahan dengan dimensi-dimensi budaya . pengalaman, makna atau komunikasi antar budaya yang dilakukan oleh pasangan kawin campur Indonesia-Turki yang tinggal di Istanbul. Metode penelitian yang Model Dimensi Kompetensi Komunikasi Antarbudaya yang dikemukakan Chen dan Starosta (Turnomo, 2005). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa para staf memiliki sensitivitas budaya yang tinggi pada konteks sosial formal dalam menghadapi konflik lintas budaya. Penulis berharap keberadaan model komunikasi lintas budaya semakin berkembang di Indonesia.
Perbedaan antar waktu ini jelas akan memengaruhi tingkat keefektifan komunikasi. Tanpa pemahaman perbedaan waktu ini kesalahpahaman antarpribadi bisa terjadi. Seorang eksekutif Amerika di New York yang menelepon rekan bisnisnya di Belanda pukul 10.30 atau 11.00 waktu New York boleh jadi tidak akan mendapat respon positif karena saat itu di